Berlatar
belakang di kota Boston, Amerika Serikat pada tahun 2008 – masa dimana Amerika
Serikat sedang dilanda resesi ekonomi serta Barack Obama dan George Walker Bush
sedang giat berkampanye untuk merebut kursi kepresidenan, Killing Them
Softly memulai penceritaannya dengan kilas balik mengenai kisah Markie
Trattman (Ray Liotta) yang mengkhianati sebuah lokasi perjudian tempat ia
bekerja dengan menyewa beberapa orang untuk merampok tempat tersebut. Markie
sendiri berhasil meloloskan diri dari dugaan bahwa ialah pelaku perampokan
tersebut… hingga pada beberapa tahun kemudian, saat dirinya sedang mabuk,
Markie mengakui sendiri tentang perbuatannya. Mengingat kejadian tersebut telah
berlangsung lama, para penjahat yang sering berjudi di tempat tersebut hanya
menertawakan kejadian tersebut dan sama sekali tidak berniat untuk membalas
perbuatan Markie. Meslipun… hal tersebut bukan berarti mereka akan begitu saja
melupakan perbuatan Markie.
Trailer film Killing Them Softly
Hal
inilah yang kemudian dilihat seorang pria bernama Johnny Amato (Vincent
Curatola) sebagai sebuah kesempatan untuk mendapatkan banyak uang. Ia berencana
untuk merampok tempat perjudian tersebut yang akan menimbulkan banyak prasangka
bahwa Markie-lah yang kembali melakukan perbuatan tersebut. Dengan bantuan
Frankie (Scoot McNairy) dan Russell (Ben Mendelsohn), Johnny berhasil melakukan
perbuatan kejahatan tersebut. Seperti rencananya, Markie kemudian menjadi orang
yang disalahkan atas kejadian tersebut. Namun, tak semua orang percaya bahwa
Markie mau sebodoh itu mengulang kembali perbuatannya. Atas dasar para pimpinan
mafia yang mengelola tempat perjudian tersebut, seorang pembunuh bayaran
bernama Jackie Cogan (Brad Pitt) kemudian diutus untuk menyelidiki siapa biang
keladi sebenarnya dalam perampokan itu.
Frase Killing
Them Softly yang digunakan Dominik sebagai judul film ini sendiri datang
dari deskripsi bagaimana karakter Jackie Cogan selalu melakukan tugasnya:
bagaimana ia selalu membunuh secara perlahan, tanpa diketahui dan dari kejauhan
agar ia tidak merasa terikat secara emosional dengan setiap korbannya. Sialnya…
frase tersebut kemungkinan besar juga dapat diaplikasikan pada para penonton
yang mengharapkan bahwa film ini akan menjadi sebuah film yang dipenuhi dengan adegan-adegan
penuh darah dan kekerasan. Well… Andrew Dominik memang menghadirkan
beberapa adegan keras dan penuh darah yang ia sajikan dengan begitu stylish –
yang mungkin akan mengingatkan beberapa penonton pada Drive (2011). Namun pada kebanyakan
bagian, Killing Them Softly hanyalah diisi dengan pertukaran dialog
antara para karakternya.
Namun,
seperti layaknya dua film Dominik lainnya, dialog-dialog yang disajikan oleh
Dominik pada Killing Them Softlyadalah senjata sesungguhnya bagi film ini.
Disajikan dengan tajam, black comedy yang begitu kuat dan mampu
merefleksikan sisi kehidupan keras warga Amerika Serikat. Walau begitu, Killing
Them Softly harus diakui beberapa kali menyajikan momen-momen lemahnya
ketika Dominik memilih untuk menyajikan dialognya dalam durasi yang terlalu
panjang sehingga kehilangan banyak sisi emosional yang seharusnya menanjak.
Namun tetap saja, kehandalan Dominik dalam menyusupkan ironi-ironi
persinggungan antara dunia politik, ekonomi dan sosial warga Amerika Serikat –
yang dihadirkan secara cerdas melalui potongan-potongan pidato Barack Obama dan
George Walker Bush di banyak adegan film – akan mampu membuat penonton
setidaknya terprovokasi untuk memikirkan kondisi lingkungannya secara lebih
mendalam.
Selain
dialog yang tajam, Dominik juga berhasil menghadirkan deretan karakter yang
begitu kuat sehingga masing-masing mampu berdiri sendiri. Lihat bagaimana
Dominik mampu menggali karakter Jackie Cogan yang begitu cerdas dalam setiap
pembunuhan yang ia lakukan namun tetap santai dalam tindakan kesehariannya.
Atau karakter Mickey (James Gandolfini) yang berpenampilan keras namun
digambarkan sedang hancur akibat hubungan asmaranya yang rusak. Atau duo
karakter Frankie dan Russell yang benar-benar saling bertolak belakang namun
saling mendukung kehadiran satu sama lain. Setiap karakter memberikan warna
yang unik pada jalan cerita Killing Them Softly secara keseluruhan.
Dan ketika diperankan secara mengagumkan oleh nama-nama seperti Brad Pitt,
James Gandolfini, Scoot McNairy, Ben Mendelsohn, Richard Jenkins hingga Ray
Liotta, karakter-karakter tersebut mampu tampil begitu hidup dan sangat, sangat
meyakinkan.
Well… Killing
Them Softly jelas bukanlah sebuah film yang mudah untuk dicerna secara
umum. Tidak seperti The Assasination of Jesse James by the Coward Robert
Ford, Killing Them Softly hampir sama sekali tidak pernah melibatkan
penonton untuk mengikutsertakan sisi emosional mereka dalam menyaksikan jalan
penceritaan film ini. Andrew Dominik menyajikan film ini sebagai gambaran pahit
akan kehidupan warga Amerika Serikat yang dilakukannya lewat dialog-dialog yang
tajam serta karakter-karakter yang begitu kelam. Keras, gelap dan cenderung
berjalan dengan ritme penceritaan yang sederhana, film ini jelas membutuhkan
kesabaran yang kuat untuk dapat menikmatinya. Namun ketika Anda mampu melewati
tahapan tersebut, Killing Them Softly akan memberikan cukup banyak
keindahan yang puitis dibalik kekerasan yang disajikannya.
Writers:
Andrew Dominik (screenplay), George V. Higgins(based on the novel
"Cogan's Trade" by)
Stars: Brad
Pitt, Scoot McNairy, Richard Jenkins
Category: Crime, Thriller